Pohuwato Sosial

Perjuangan Keluarga Tukang Panjat Kelapa di Pohuwato, Bertahan Hidup dalam Gubuk Reyot

Anonymous Anonymous
November 17, 2020
Home
Pohuwato
Sosial
Perjuangan Keluarga Tukang Panjat Kelapa di Pohuwato, Bertahan Hidup dalam Gubuk Reyot

 

Kondisi rumah milik Inggo Tuluki warga Kabupaten Pohuwato, Gorontalo/timurpost.id


timurpost.id, Gorontalo - Tepatnya di Desa Manawa, Kecamatan Patilanggio, Kabupaten Pohuwato. Di sini tinggalah sepasang suami istri beserta keempat anaknya di rumah kecil yang tak layak huni.


Mereka di rumah reyot tersebut harus rela tidur beralaskan tanah dan beratapkan jerami yang kini sudah rusak dan berlubang. Rumah yang berukuran tidak lebih dari 2x4 meter itu dihuni oleh enam jiwa.


Rumah milik Inggo Tuluki (36) itu mendadak viral di media sosial usai setelah salah satu warga yang prihatin kemudian mengunggah kondisi keluarga itu. Sehingga, hal ini mengundang banyak simpati dan menuai beragam komentar dari warganet.


Pemilik rumah, Inggo Tuluki, kepada timurpost.id mengaku, bahwa kondisi rumah mereka memang sudah seperti itu sejak lama. Dari awal dibangun rumah tersebut belum pernah berubah. 


Hujan menjadi salah satu momok bagi Inggo dan keluarga. Terlebih kalau hujan tersebut datang pada malam hari. Dia dan suaminya pasti sibuk mengamankaan anak-anak mereka ke tempat yang aman agar tidak basah.


"Kalau hujan, air pasti masuk dalam rumah melalui atap yang bocor," kata Inggo.


"Bahkan Kalau hujan tak kunjung reda, kami pasti cari rumah keluarga yang bisa untuk menginap sementara," ujarnya.


Menurutnya, mereka bukannya tidak mau memperbaiki rumah itu, akan tetapi tidak ada biaya. Mata pencaharian sang suami sebagai tukang panjat kelapa, upahnya hanya habis untuk kebutuhan sehari-hari mereka.


"Memang ingin hati memperbaiki rumah ini, akan tetapi upah suami untuk kebutuhan sehari-hari saja tak cukup," ungkapnya.


Selain itu, kata Inggo, selama ini mereka belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah yang prihatin dengan kondisi rumah.


"Setiap tahun mereka datang hanya foto-foto saja, mereka mengatakan akan dapat bantuan. Tetapi hingga kini tidak ada," tuturnya.


Selama ini, kata Inggo, dirinya hanya menerima bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) senilai Rp250 ribu yang diterima setiap tiga bulan sekali.


"Untuk bantuan hanya itu saja yang saya terima selama ini," jelas Inggo.


Sementara Kepala Desa Manawa, Marlulu Djafar saat dikonfirmasi mengatakan, bahwa kepengurusan bantuan perbaikan rumah untuk keluarga tersebut terhambat masalah administrasi.


Sertifikat hak milik tanah waktu itu belum selesai. Namun, saat ini terinformasi sertifikat tersebut sudah selesai akan tetapi, syarat untuk pengambilan belum dipenuhi oleh mereka.


"Saya sebagai pemerintah desa akan terus berusaha. Ini menjadi pekerjaan rumah saya sebagai kepala desa Manawa," dia menandaskan.(***tp)

Blog authors