Mengenal Sadaka, Pemberian Untuk Tamu Terhormat dalam Acara Tradisioal Gorontalo

Toyopo atau Walima Gorontalo

timurpost.id - Gorontalo merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki banyak warisan budaya  dan  seni  tradisi  lokal. Sampai saat ini warisan budaya  tersebut  masih  dijaga  kelestariannya  oleh  masyarakat.  

Salah satu buktinya adalah dianutnya falsafah 'Adat bersendikan syara, syara bersendikan kitabullah' dalam kehidupan masyarakat  Gorontalo. Berbagai  kegiatan  dalam  masyarakat  diselenggarakan  sesuai  adat istiadat yang sudah turun temurun sejak ratusan tahun yang lalu.

Beberapa adat yang masih dilestarikan  masyarakat  Gorontalo  diantaranya  adalah  pada  prosesi  pernikahan,  khitanan, penobatan atau pemberian gelar adat, penyambuatan tamu, dan kematian.

Masyarakat sadar bahwa melestarikan budaya lokal merupakan suatu penghargaan bagi mereka. Dalam perkembangannya, kebudayaan Gorontalo diikuti oleh aturan-aturan adat yang   terdapat pada setiap pelaksanaan kegiatan adat.

Di Beberapa aktivitas budaya yang diselenggarakan oleh masyarakat Gorontalo, ada yang diistilahkan dengan sadaka.  Sadaka atau sedekah merupakan pemberian sejumlah uang kepada pemangku adat dan pejabat tinggi yang menghadiri serangkaian  acara  tradisional.  

Berdasarkan  sejarahnya, sadaka merupakan  bagian  dari sisa kebudayaan  masa  penjajahan  Belanda.  Dahulu, sadaka diberikan  dalam  bentuk  barang seperti hasil tani maupun hasil ternak.

Hasil tani bias berupa beras, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Sementara untuk hasil ternak, sebagian besar masyarakat Gorontalo menggunakan ternak kambing atau sapi sebagai alat untuk pemberian sadaka.

Namun, seiring berjalannya waktu, sadaka telah  berganti  menjadi  pemberian berupa  uang  dengan  jumlah  tertentu. Dalam proses pemberiannya, sedekah diberikan melalui proses adat, dimana penyelenggara acara  akan  memberikan  uang  dengan  jumlah  tertentu.  

Besaran  uang  disesuaikan  dengan tingkat atau posisi jabatan orang yang menerimanya. Uang tersebut diletakkan di kotak yang diistilahkan dengan kotak siri. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas kehadiran pejabat tinggi wilayah di acara tersebut.

"Sadaka juga sebagai alat mempererat silaturahmi dan membangun hubungan baik dengan pejabat tinggi wilayah itu. Contoh seperti kepala Desa hingga Camat," kata Rili salah satu pemangku adat di Gorontalo.

Budaya inilah yang sampai dengan   saat   ini   masih dijalankan oleh masyarakat Gorontalo. Dalam pelaksanaan acara adat, batak acara perkawinan, khitanan, pemberian gelar adat,  serta kematian.  

"Para  pejabat  yang  menghadiri  acara  tersebut  akan  menerima sedekah dari penyelenggara  acara," tuturnya.  

Namun  dewasa  ini,  baik  masyarakat  maupun  pejabat  tinggi wilayah menganggap bahwa pemberian sadaka merupakan hal yang tidak mesti dilakukan. Hal ini berangkat dari aturan-aturan yang berlaku dimana pemerintah tidak diperbolehkan menerima sebuah pemberian baik dalam bentuk uang, barang, maupun jasa.

"Saat ini kan sudah Zaman sudah berkembang. kalau ada pemberian sesuatu pasti akan dianggap lain, seperti pungutan liar suap dan lain-lain," katanya.

"Padahal, memberi dan menerima sadaka itu sudah berlangsung sejak lama di tanah serambi madinah," katanya.

Dengan adanya perkembangan zaman modern, istilah sadaka mulai tergerus. Bahkan, sudah banyak acara-acara besar yang tak lagi menyediakan sadaka kepada pejabat yang datang.

"Untuk menghindari istilah yang kerap muncul di zaman modern ini, budaya dan adat istiadat ini mulai hilang. Apalagi di wilayah perkotaan," ungkapnya.

Tidak hanya hilang, pemberian sadaka kerap menjadi  polemik  yang  menimbulkan  pertentangan  dari  sebagian  besar  masyarakat.

Tokoh adat,  serta  pejabat  tinggi  wilayah  yang  mempertanyakan  apakah  budaya sadaka yang merupakan bagian dari serangkaian acara adat yang secara turun temurun telah diwariskan oleh leluhur, masih perlu dipertahankan atau justru dihilangkan.

"Ini kan kita sudah lakukan sejak dulu, mengapa harus dihilangkan. Saya berharap, pemerintah mau memperhatikan adat istiadat yang mulai punah ini," ia menandaskan.